Di dalam pondok di pinggir hutan tinggallah pemuda bernama Ara dan adik perempuannya, Asa. Setiap paginya Ara masuk ke dalam hutan untuk mencari kayu bakar yang kemudian dijual di kota oleh adiknya. Suatu hari Asa bertanya pada kakaknya soal kebahagiaan. Ara terkejut dan berkata dengan tegas, "lebih baik kau tak usah menyebut kata itu. Kau sendiri sudah kuceritakan apa yang terjadi pada ibu." Ayah Ara dan Asa adalah salah satu prajurit istana yang tewas dalam perang dahsyat perebutan kekuasaan. Tewasnya sang ayah membuat ibu mereka dirundung kesedihan mendalam. Hingga akhirnya ia meninggal dunia karena kesedihan yang dideritanya. Sejak saat itu, Ara yang berusia 9 tahun berusaha bertahan sendirian. Demi adik kecilnya yang berusia 3 tahun dan belum memahami apa yang terjadi, ia harus kuat dalam kesedihannya.
Untuk saat ini aku dapat menyimpulkan bahwa hidupku pada hakikatnya adalah peperangan dan senang-senang. Setelah aku sadari bahwa selama ini aku telah menjalin hubungan intim dengan nafsu, dengan banyak dosa dan kesalahan yang tak seharusnya. Sudah aku putuskan untuk berperang melawan sekutu. Melawan bisikan nafsu dari diriku, berjuang mati-matian mencegah dosa dan melatih diriku untuk tak terjebak dalam kesalahan yang menyebabkan aku lebih bodoh dari keledai. Sudah terlalu lama aku terhanyut dalam cahaya keburukan. Meleburnya diriku dalam kesesatan dan kehinaan. Menari-nari dalam gelimang dosa kemaksiatan. Akulah pejuang melawan diriku. Melawan nafsuku. Melawan manisnya bisikan syaitan dalam hatiku. Saat aku terbangun di dalam mimpi. Membawa aku lebih jauh ke dalam. Masuk dan terus berjalan aku dalam buaian. Terhampar dengan indahnya sebuah lembah. Dengan padang hijau rerumputan menghiasi pandangan. Berlari aku dalam keriangan. Terjatuh dan berguling dalam tawa menggelind...
dingin ini menyentuh kulit, lekat, menempel erat basah, rambut halus lepek tak berdaya sayup mataku memandang keramaian bersaing dengan bisingnya hujan aku berlari menembus malam menerjang angin mendesis diam aku bertahan dalam siang berjingkat atas panas suhu mulai menjengat kaki itu pongah melangkah bertingkah tiap pagi menantang misteri menatap sore berdiam diri menanti
Komentar
Posting Komentar