Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

Berbagi

Aku ingin bercerita Bercerita dengannya Entah apa Entah siapa Aku ingin menumpahkan kisah tanpa rasa malu dengannya Tanpa rasa sungkan Tanpa rasa takut Tanpa rasa bersalah padanya Tanpa rasa dosa Tanpa memikirkan apa yang terjadi pada kami setelah aku berbicara Aku ingin dia hanya tersenyum saat aku bicara cinta Aku ingin dia maklum atas salahku dan beri aku jalan Aku ingin dia mengingatkan dan membuatku senang Aku ingin dia ada saat aku berbalik Aku ingin dia menyimpan rapat diriku tentang rahasia Tak ada prasangka atasku Cukup dengan mendengarkan dan beri aku jalan tanpa sungkan Hanya saja, aku masih butuh satu jawaban. Dengan Siapa? Atau Apa?
Dalam dingin yang menyebalkan hidupku tak bisa berjalan. Aku mulai gila sekarang karena ini berlangsung hari demi hari. AKU YANG SALAH !!

itu aku

dingin ini menyentuh kulit, lekat, menempel erat basah, rambut halus lepek tak berdaya sayup mataku memandang keramaian bersaing dengan bisingnya hujan aku berlari menembus malam menerjang angin mendesis diam aku bertahan dalam siang berjingkat atas panas suhu mulai menjengat kaki itu pongah melangkah bertingkah tiap pagi menantang misteri menatap sore berdiam diri menanti

Aku dan Kehidupan (4)

Untuk saat ini aku dapat menyimpulkan bahwa hidupku pada hakikatnya adalah peperangan dan senang-senang. Setelah aku sadari bahwa selama ini aku telah menjalin hubungan intim dengan nafsu, dengan banyak dosa dan kesalahan yang tak seharusnya. Sudah aku putuskan untuk berperang melawan sekutu. Melawan bisikan nafsu dari diriku, berjuang mati-matian mencegah dosa dan melatih diriku untuk tak terjebak dalam kesalahan yang menyebabkan aku lebih bodoh dari keledai. Sudah terlalu lama aku terhanyut dalam cahaya keburukan. Meleburnya diriku dalam kesesatan dan kehinaan. Menari-nari dalam gelimang dosa kemaksiatan. Akulah pejuang melawan diriku. Melawan nafsuku. Melawan manisnya bisikan syaitan dalam hatiku. Saat aku terbangun di dalam mimpi. Membawa aku lebih jauh ke dalam. Masuk dan terus berjalan aku dalam buaian. Terhampar dengan indahnya sebuah lembah. Dengan padang hijau rerumputan menghiasi pandangan. Berlari aku dalam keriangan. Terjatuh dan berguling dalam tawa menggelind

entahlah

aku tak peduli tapi aku tau aku memikirkanmu meski tak tau dan tak mengerti yang kulakukan hanyalah menerka, menebak kau yang tak pantas? atau sebenarnya akulah yang sangat tidak pantas? dalam kesendirianku aku tak tau harus berbuat apa berdoa? aku hanya bisa terdiam

Sunyi

Aku butuh senandung Lebih baik bila diiringi musik yang sesungguhnya Atau diputarkan lagu Kuharap sahutan senandung datang Melengkapi hampa nada tunggal Cukup bersembunyi dan berdiam disitu Tak usah menghampiri Cukup bersandar di balik dinding Aku hanya butuh firasat tahu bahwa kau ada Cukup sahut senandungku Cukup lengkapi hampaku Mengiringi dan menemaniku

Aku dan Kehidupan (3)

Ini mulai tidak menarik. Apa karena tak ada penghargaan? Entahlah. Who knows? Hari ini aku berangkat kuliah jam “enam” pagi. Siapa sangka? Padahal aku masuk kuliah jam setengah delapan. Hidup ini memang berbeda jika ada orang tua. Segalanya lebih teratur, contohnya pagi ini. Biasanya jam segini aku masih berleha-leha ria. Mencuci mungkin, tidur-tiduran atau bahkan tidur sungguhan. Aku hampir setiap hari terlambat ke kampus, hingga akhirnya Ibu datang pagi ini menyerang. Oh, bukan, menjenguk maksudnya. Sudah lama aku tidak menengok apa yang ku gambar, dan saat kulihat, aku pikir itu sudah tidak bermutu dan bernilai kurang. Sekarang aku menjadi tipe seseorang yang kurang yakin bahkan tidak yakin terhadap diriku sendiri. Lebih tepatnya aku merasa tak berguna dan tidak bisa melakukan apapun yang berharga. I think I’m nothing . Menyedihkan bukan? Aku merasa sedih melihat aku yang menilai negatif terhadap diriku sendiri. Kalau aku saja berpandangan negatif terhadap diriku sendi

Aku dan Kehidupan (2)

Pikiran ini mulai berkecamuk lagi untuk kesekian kalinya sejak situasi yang memaksaku untuk berubah, entah itu yang namanya dewasa atau bukan, tapi menurutku bukan dan aku tak bisa mendefinisikan itu disebut apa. Kopi manis ini memberiku sedikit rasa pengalih perhatian, menenangkan pikiran. Oh, aku sudah menghabiskannya kini tanpa sisa untuk teman rotiku yang belum habis. Ya sudah, mungkin lain kali. Entah kenapa rencanaku selalu terlambat untuk dilaksanakan. Bukan faktor eksternal tapi faktor internal yaitu aku. Terlalu banyak rencana dan lebih banyak lagi pikiran-pikaran yang terngiang di kepalaku. Aku bisa merasa bahwa aku memikirkan suatu hal dan mencoba fokus namun suara nyanyian entah lagu apapun yang berbeda tiap harinya selalu terngiang di kepalaku, berputar terus seperti kaset yang disetel untuk tidak berhenti dan selalu memutarkan lagunya. Dia terngiang tanpa perasaan di kepalaku, seolah-olah aku hapal luar dalam tentang lirik lagunya. Padahal tidak, tidak sama s

Langit dalam Sepi

Aku masih ingat sedang bermain kala itu. Saat kulihat sekilas sepasang mata memandangku dan aku tak peduli. Aku berjalan dengan perkembanganku dan tak terasa waktu cepat sekali berlalu. Langit masih sama namun kini aku sudah remaja. Romansa cinta mulai terasa dan menjangkit teman-teman sekelasku. Bagaimana denganku? Entahlah. Aku merasa belum ada yang tepat untukku atau aku yang kurang tepat bagi para wanita? Entahlah, siapa peduli? Kali ini aku pulang dengan kelelahan. Keringat mengucur di seluruh tubuhku. Bajuku basah. Kubuka pintu dengan tergesa berjalan menuju lemari es di dapur dan meminumnya menghadap kipas angin di ruang tengah.           “Ah, segarnya”, aku mengusap mulutku dengan punggung tangan.           “Cepat ganti baju. Bau keringatnya sampai sini ram”, ibuku lewat sambil membawa toples-toples kue. Aku berjalan menuju ruang makan. Perut sudah memanggil. Ibu membuka toples dan menghitung jumlah kue di dalam toples. Beliau melihatku dan menatapku lama. Ya, aku tau

Mau Apa ?

Kamu mau bilang apa? Cuma karna memori masa lalu? Cuma karna mimpi tadi pagi? Kamu mau bilang apa? Oh, mau dilihat? Mau apa lagi? Sudahlah. Sudahlah, bukankah kau sudah mengakhirinya waktu itu? Ketika kau menyadarinya seketika saat itu dengan ringannya? Mau apa lagi? Mau bersikap seperti apa lagi? Bukankah kau sudah lelah? Bukankah kau sudah tahu kalau itu bukan yang kau mau? Lalu untuk apa lagi? Untuk apa kau menghirup asap yang kau benci? Meski kau tau kalau selilit asap itu indah. Cukup lihatlah saja tanpa bermaksud menggenggamnya. Karna kau juga tau, berada didekatnya begitu lama akan membuatmu sesak. Dan itu bukan yang kau mau kan?

KACA ?

Entah kenapa, jendela menjadi favoritku. Duduk di dekat jendela dan melihat semua hal diluar dibaliknya merupakan sesuatu yang menenangkan dan menyenangkan. Seperti hari ini, aku duduk di sudut perpustakaan di samping sebuah jendela. Aku duduk dan melihat semuanya dengan leluasa disini. Posisiku yang berada di lantai dua memudahkanku melihat segala yang terjadi di bawah dan di langit dengan bebas. Langit hari ini mendung seperti hari biasanya. Sekarang Indonesia sedang dianugerahi musim hujan. Sejak seminggu yang lalu, kotaku selalu diguyur hujan. Entah itu pagi, siang, sore, atau malam hari. Setiap orang bersyukur dan mengumpat akan hujan. Kasihan hujan. Atau kasihan orang yang mengumpat? Aku berharap hujan akan datang sekarang. Aku ingin melihatnya dari sudut perpustakaan ini. Aku berharap hujan akan memercikkan airnya dan membasahi jendela di sampingku. Tapi sayangnya hal itu sepertinya tidak akan terjadi. Atap ini terlalu lebar. Daun dari banyak pepohonan berge

Review Film 'Tanah Surga... Katanya'

Gambar
Sutradara         Herwin Novianto Produser           Deddy Mizwar                           Gatot Brajamusti                          Bustal Nawawi Penulis              Danial Rifki Pemeran           Osa Aji Santoso                          Fuad Idris                          Ence Bagus                          Asti Nurdin                          Tissa Biani Azzahra                          Ringgo Agus Rahman                          Andre Dimas Apri                         Studio               Demi Gisela Citra Sinema Distributor       Citra Sinema Tanggal Rilis   15 Agustus 2012 Lokasi             Kalimantan Durasi             90 menit Negara             Indonesia Bahasa             Bahasa Indonesia Film ‘Tanah Surga.. Katanya’ merupakan salah satu jenis film yang wajib ditonton bagi generasi penerus bangsa. Mengapa? Jawabannya dapat ditemukan dalam film ini yang menghasilkan cita rasa nasionalisme yang kental. Film ini menceritakan kisah seorang
pemikiran perlu dibuktikan dengan aksi nyata.

Aku dan Kehidupan (1)

Hujan deras menghalangiku pulang sore ini. Aku terjebak di kampus bersama sebagian teman kelasku. Kehangatan tetap lebih dominan dibanding dinginnya udara sore ini. Mungkin keramaian canda tawa yang menyebabkan hal itu, mungkin . Hujan tak kunjung terhenti meski cuma sebentar. Beberapa orang disini mulai nekat menerobos hujan. Kakiku mulai bergerak tak sabar menanti hujan reda.  "Ah, mengapa lama sekali", gumamku. Bukannya aku benci hujan. Tapi, adikku sudah menungguku di asramanya untuk kuantar pergi kontrol ke dokter. Yah, memang aku juga tak takut hujan. Tapi laptop dalam tasku bukan benda waterproof , dan kabar baiknya aku tak membawa jas hujan. Lengkaplah sudah. Adzan maghrib berkumandang. Mungkin aku lebih baik sholat dulu , pikirku. ***  ***  *** Sudah kuputuskan untuk menerobos hujan. Apapun yang terjadi nanti, terserah. "Sial, hujannya lebih deras disini. Oh, tidak. Perutku mulai dingin. Lebih tepatnya, basah", rutukku sambil melawan arus

hanya sekedar tahu

Aku tahu kau merindu Aku tahu kau menahan rindu Dan aku baru tahu itu disaat suara gemericik air terdengar Aku tahu kau sering menipuku Aku tahu keluarga kita menipu satu sama lain Membungkus rindu dengan malu Mengisyaratkan rindu sambil berusaha tetap elegan Menahannya dan menyembunyikannya Ingin datang namun kau tau keadaan Bahkan kini kau tak tahu sudah sepanjang apa rambutku Tak tahu berubahnya warna kulitku Tak tahu apa yang terjadi pada wajahku Dulu aku tak peduli Aku memang bukan orang peduli Dan entah kenapa baru sekarang aku terbayangkan Bagaimana engkau menahannya selama bertahun-tahun, Menutupinya Bersikap seolah-olah kau tak kangen, Kau tak sedih, Kau tak tersiksa Aku tahu kau menahannya Aku tahu Karena aku membayangkannya Karena aku membayangkan menjadi dirimu Aku tahu kau menahannya Aku tahu Aku tahu Hidup dengan sepi Jika ramai pun hanya suara tanpa wujud Mencoba menahan dan terus bersabar Menc

it's smile

senyuman dan keceriaan justru menciptakan satu per satu kesedihan. senyuman dan keceriaan malah menghimpit hati dengan beban berkali lipat. senyuman dan keceriaan membuatku waspada tiap detik hal itu datang. senyuman dan keceriaan membuat jelang tidurku mengerutkan kening, meyatukan alis. senyuman dan keceriaan menghadirkan teror hidupku dengan mata sayu menyalang.

cuma mau bilang

cuma mau bilang : jangan sampai kehilangan ritme. tetap tenang, santai, dan kalem.

merana

Aku terdorong mengambil satu langkah ke depan Dan kini aku tak dapat berbelok ke kanan atau ke kiri aku hanya dapat melirik dan mengintip dengan iri hidupku terarah ke depan dan terseok aku berjalan menunduk rambutku dijambak dari belakang bukan rambutku yang terasa sakit tapi mataku terbuka menatap apa yang di muka sakitku tak hanya melihat tapi sukma tergores kasar perih

entahlah

aku tak tau ini hampa atau neraka hati terasa bersimbah derita semu tak tampak tapi terasa jiwaku meradang sendu hidupku tampaknya tak terlihat olehmu sayang sekali tapi meski kau melihat aku tak yakin matahari akan berubah mengelilingi bumi satu persatu manusia berlari sukmaku telah mati

perih

nyawa hidupku telah terhenti dua hari yang lalu skak mat !! tak dapat memberikan perlawanan hanya bisa menatap dan sedikit penyesalan tak henti tangis ini tak bisa terhenti sakit rasanya sakit tertancap hingga kini raga ini terseok mengikuti keadaan hidup yang sebenarnya tak dapat aku buntuti aku masih punya dua pilihan hidup tapi mati atau benar-benar mati

Ini Siksa

Duhai hati, Tak bisakah kau tenang? Tak bisakah kau tentram? Tak bisakah ? Sebutir kelereng didasar laut Hanya sebutir terasa janggal Berjalan terus dengan irama yang sama Tak bisa berlari Kecepatan menggebu mulai berkabut samar Abu-abu Atau hitam? Tak bisakah kau kasihani aku kali ini?

Aku dan Kamu

Ini seperti tertusuk benda tumpul Betapa sulit untuk membujuk merayu Mengubah struktur hati Menggeser sedikit posisi baut Ingin kucabut kerikil di hatimu Ingin kugulung sedikit lidahmu Begitu sulitnya untuk paham Begitu beratnya untuk melapangkan Begitu sayangkah? Aku ini siapamu? Aku bukan peliharaan yang berjalan saat kau tarik maju Dan berhenti saat kau tarik mundur Apa kau tak merasa sakit saat ku sakit karnamu? Segitu pelitnya kah? Kau tahu? Menangisi diri sendiri itu sungguh menyedihkan dan menyakitkan

hujan

Hujan. Ah, hujan. Merindukanmu tapi mencoba tak terburu-buru. Mendambakan dan menantikanmu dengan sabar. Senyum merekah kala rintik-rintik kecil mulai datang menerpa. Tersenyum simpul saat itu terjadi hanya sepersekian detik. Melapangkan hati dan menantikanmu lagi. Hujan. Ah, hujan. Gemuruh langit membuatku berharap, meski terkadang dihantui perasaan bahwa kau memberikan kepalsuan. Kilat kecil membuatku menatap langit malam. Mataku yang sayu mulai meracau tentang langit. Kerinduanku terhadapmu apakah kau tau? Kutenggelamkan surat cintaku dalam hati yang terdalam. Ketakutanku akan kebenaran dirimu tak kunjung hilang. Keraguanku pun datang setiap akan mencoba memulai doa harapanku untuk dirimu. Hujan. Ah, hujan. Tahukah kau? Aku lebih senang saat kau datang di langit malam. Memeluk angin dengan nina bobo gemuruh langit membuatku nyaman. Gemericik air terdengar sayup mengiringi gerak lambat kelopak mataku. Hujan. Ah, hujan. Ingatkah

PERJUANGAN KAMI

        Trimester pertama kehamilan seorang ibu pada tahun 1978, lahirlah generasi sel-sel darah merah pertama milik calon bayi di dalam rahim.             Hari ini seperti biasanya aku bekerja dengan senang hati. Pekerjaanku ini memegang peranan yang cukup penting bagi keberlangsungan hidup seorang mahluk Tuhan. Aku menjemput kawan baru dari luar duniaku tiap harinya. Kami sebagai klan eritrosit (sel darah merah) berkewajiban untuk menjemput klan oksigen dan menjamin keselamatan mereka menuju tujuan hidup mereka, yaitu mendedikasikan hidup mereka untuk makhluk-makhluk ciptaan Tuhan. Klanku tak hanya menjemput klan oksigen, tetapi kami juga bertugas mengantar klan karbon dioksida menuju dunia luar agar tak mengganggu keberlangsungan hidup seorang makhluk Tuhan. Kami bekerja dalam dua sistem perjalanan yaitu sistem peredaran sel darah kecil dan sistem peredaran sel darah besar. Kebetulan, kali ini aku akan menempuh sistem peredaran sel darah kecil. Kali ini, aku mengawal

Resume "Menggugat Pers dan Negara" (Amir Effendi Siregar)

            Gugatan terhadap profesionalisme  dan Independensi pers lebih banyak dikaitkan dengan kepemilikan, apalagi 2013-2014 merupakan tahun politik. Namun, pantaskah guga tan itu hanya ditujukan kepada media? Bukankah gugatan itu juga layak ditujukan kepada negara, yaitu regulator media, dan pemerintah yang membiarkan pelanggaran etika dan hukum atas isi dan penguasaan media oleh segelintir orang? Elitisme dan Sentralisasi             Secara umum, media Indonesia masih elitis, isinya seragam, dan kepemilikannya terkonsentrasi. Media paling elite adalah cetak, yakni surat kabar dan majalah. Namun, jumlah yang ada di Indonesia masih sangat kecil bila mengikuti standar minimal UNESCO yang 1:10 antara surat kabar dan penduduk. Dari segi pertelevisian, TVRI yang diharapkan menjangkau luas dan menjadi alternatif belum mendapat perhatian yang layak. Isi stasiun televisi swasta lebih diorientasikan untuk penduduk urban, bersifat sangat seragam dan elitis. Radio jangkauannya

"apa yang akan terjadi, terjadilah."

Pertama kali lihat iklan ini, aku mencoba dengan sangat untuk menahan tangisku. Kebetulan waktu itu aku sedang kalut-kalutnya dalam memilih jurusan dan universitas di saat aku sudah menjadi mahasiswa selama setahun. Banyak pertentangan yang terjadi seputar masa depanku saat itu, dan semua tentang aku mau menjadi apa dan akan seperti apa aku nanti. Teringat akan iklan itu malam ini, barusan aku memutarnya dan tetap merasakan hal yang sama saat pertama kali melihatnya. Ternyata aku tetap bersedih meski iklan tersebut sudah kuputar berulang kali. Mungkin kali ini aku akan menyampaikan sedikit perasaanku yang masih tersimpan berbulan-bulan lamanya. Ini aku tujukan buat orang tuaku terutama untuk ibuku. Meski aku bukanlah seseorang yang mudah untuk menyampaikan perasaan. Meski ibuku tak pernah melihat tulisan ini karena ini kutulis di media online . Tetapi biarlah, biarlah takdir yang membawanya untuk membaca perasaanku. Ibu , aku tau aku sudah beranjak dewasa. Ibu , aku tau

Sore ini

Aku menatap layar LCD dan mendengarkan penjelasan mas Wisnu mengenai tugas sore ini. Kuliah pun  usai dan aku bergegas untuk absen menggunakan finger print  di meja dosen. Yap, kampusku sekarang sudah lumayan up-to-date dalam mencegah terjadinya titip absen di setiap perkuliahan. Demi mengejar waktu, aku berjalan cepat menuju pintu yang telah terbuka dan melihat banyaknya buku di balik kaca gedung di seberang kelasku. Gedung itu adalah Perpustakaan milik Fakultas Hukum yang memang bersebelahan dengan Fakultas ISIPOL. Aku berbelok ke arah barat dan menyapa kakak tingkat di selasar depan musholla FISIPOL. Tak hanya kakak tingkat dari jurusanku yang berada disana, tetapi mahasiswa satu fakultas pun  banyak yang menjadikan selasar sebagai tempat kumpul-kumpul, diskusi, maupun tempat makan, karena di selasar cukup nyaman dan disediakan banyak meja dan kursi.  Perhatianku teralihkan oleh aroma cat yang menyeruak. Rupanya kampusku sedang dalam tahap pengecatan ulang. Aku terus berjala

Mandau

Gambar
Mandau adalah salah satu senjata tradisional khas suku Dayak yang menempati pulau Kalimantan. Mandau merupakan pusaka turun temurun dan dianggap sebagai barang keramat yang memiliki kesaktian. Suku Dayak biasanya selalu mengikat Mandau di pinggang mereka, agar mudah dibawa dan dipergunakan saat berada di hutan untuk menebas tumbuh-tumbuhan. Senjata sakti suku Dayak ini juga dipercayai memiliki tingkat-tingkat kesaktian yang berbeda-beda. Kesaktian Mandau diperoleh melalui ritual-ritual tertentu dan juga diperoleh dari pengayauan (pemenggalan kepala lawan). Konon katanya, semakin banyak orang yang berhasil di-kayau, Mandau tersebut akan semakin sakti. Suku Dayak percaya bahwa roh orang yang telah mati karena dikayau akan mendiami Mandau sehingga Mandau tersebut akan menjadi sakti. Bilah Mandau merupakan salah satu komponen terpenting pada sebuah Mandau. Pembuatan bilah Mandau diawali dengan membuat bara api di dalam sebuah tungku untuk memuaikan besi. Kayu yang digunakan untu

hitam-putih

dengan gampangnya seseorang berada di dua dunia yang berbeda warna. ah, bujuk rayu warna hitam lebih menarik rupanya dibanding manisnya kekentalan susu putih.

family

keluarga adalah segalanya  :)

tatap hidupku

terkadang, hidup ini berada pada 2 pilihan yg sulit terkadang, kamu masih belum sepenuhnya mengetahui, mengerti dan memahami terkadang, kamu merasa ambigu tentang benar dan salah tentang hidup tentang semua yg telah dan akan kamu lakukan tentang takdir yg menimpa dan menganugerahimu terkadang merasa benar dan salah secara bersamaan terkadang kamu berjalan hampa ditengah cerianya hidup terkadang tatapanmu yang kosong beradu dengan tatapan hangat orang lain terkadang kamu tersenyum saat jiwamu tak ada tapi bagaimanapun kamu merasa berbeda dalam senyuman meskipun orang lain tak mengerti kamu tak pernah tahu apa-apa mengenai hidupmu tentang apa yang akan terjadi entah apa yang terjadi pada dunia matamu tak terusik tetap menatap pada satu hal ragamu tetap bergerak pertanyaan yang kau simpan mengendap tanpa jawaban hidup, hidup, hal yang kau anggap sulit dan logikamu dengan jelas serta lantang mengatakan yang sulit adalah pikiranmu yang menganggap sulit matamu yang menatap ta

sudutku

ku terduduk di sudut menatap lantai, melihat jari kaki ku rengkuh kaki memeluk diri kupangku dagu diatas lutut ku terduduk di sudut menatap lantai, melihat jari kaki kuhela nafas dan mulai terasa sesak kuhirup udara dalam-dalam dan mulai terasa sesak ku rengkuh kaki memeluk diri kupangku dagu diatas lutut bergetar badan menangis tertawa dan aku tau sukma ini terasa sakit

berbeda perlakuan

lebih baik menjadi anak kecil. yg ditolong, yg msh diberi pilihan dan harapan. yg blm mengerti dan masih diberi pengertian. yg blm faham apa yg sebenarnya terjadi. yg tidak tercampur antara logika dan mimpi. lebih baik menjadi anak kecil yg menangis daripada menjadi orang dewasa yg menangis

mengetahui yang nyata

saat berjalan sendiri itu tidak menyenangkan meski itu pribadi terombang-ambing dalam kesesatan diri tak tau harus bagaimana dan mulai darimana merindukan masa kanak-kanak tanpa ada masalah berkepanjangan begitu mudahnya terselesaikan meski harus menangis sesaat tapi sudah, hanya sampai disitu esoknya telah lupa apa yang telah terjadi dan melepaskannya tetap tersenyum sesudahnya memaki sedikit dalam hati dan melenggang pergi menatap kenangan ah, terjebak dalam nostalgia namanya tanpa dipungkri, I need them. memang benar apa yg kupikirkan dulu saat kanak-kanak. “aku pengennya kayak gini aja terus, jadi anak sd. aku gamau orang-orang mulai pergi. hidup jadi orang dewasa itu kayaknya sulit banget”