Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2013

Mau Apa ?

Kamu mau bilang apa? Cuma karna memori masa lalu? Cuma karna mimpi tadi pagi? Kamu mau bilang apa? Oh, mau dilihat? Mau apa lagi? Sudahlah. Sudahlah, bukankah kau sudah mengakhirinya waktu itu? Ketika kau menyadarinya seketika saat itu dengan ringannya? Mau apa lagi? Mau bersikap seperti apa lagi? Bukankah kau sudah lelah? Bukankah kau sudah tahu kalau itu bukan yang kau mau? Lalu untuk apa lagi? Untuk apa kau menghirup asap yang kau benci? Meski kau tau kalau selilit asap itu indah. Cukup lihatlah saja tanpa bermaksud menggenggamnya. Karna kau juga tau, berada didekatnya begitu lama akan membuatmu sesak. Dan itu bukan yang kau mau kan?

KACA ?

Entah kenapa, jendela menjadi favoritku. Duduk di dekat jendela dan melihat semua hal diluar dibaliknya merupakan sesuatu yang menenangkan dan menyenangkan. Seperti hari ini, aku duduk di sudut perpustakaan di samping sebuah jendela. Aku duduk dan melihat semuanya dengan leluasa disini. Posisiku yang berada di lantai dua memudahkanku melihat segala yang terjadi di bawah dan di langit dengan bebas. Langit hari ini mendung seperti hari biasanya. Sekarang Indonesia sedang dianugerahi musim hujan. Sejak seminggu yang lalu, kotaku selalu diguyur hujan. Entah itu pagi, siang, sore, atau malam hari. Setiap orang bersyukur dan mengumpat akan hujan. Kasihan hujan. Atau kasihan orang yang mengumpat? Aku berharap hujan akan datang sekarang. Aku ingin melihatnya dari sudut perpustakaan ini. Aku berharap hujan akan memercikkan airnya dan membasahi jendela di sampingku. Tapi sayangnya hal itu sepertinya tidak akan terjadi. Atap ini terlalu lebar. Daun dari banyak pepohonan berge

Review Film 'Tanah Surga... Katanya'

Gambar
Sutradara         Herwin Novianto Produser           Deddy Mizwar                           Gatot Brajamusti                          Bustal Nawawi Penulis              Danial Rifki Pemeran           Osa Aji Santoso                          Fuad Idris                          Ence Bagus                          Asti Nurdin                          Tissa Biani Azzahra                          Ringgo Agus Rahman                          Andre Dimas Apri                         Studio               Demi Gisela Citra Sinema Distributor       Citra Sinema Tanggal Rilis   15 Agustus 2012 Lokasi             Kalimantan Durasi             90 menit Negara             Indonesia Bahasa             Bahasa Indonesia Film ‘Tanah Surga.. Katanya’ merupakan salah satu jenis film yang wajib ditonton bagi generasi penerus bangsa. Mengapa? Jawabannya dapat ditemukan dalam film ini yang menghasilkan cita rasa nasionalisme yang kental. Film ini menceritakan kisah seorang
pemikiran perlu dibuktikan dengan aksi nyata.

Aku dan Kehidupan (1)

Hujan deras menghalangiku pulang sore ini. Aku terjebak di kampus bersama sebagian teman kelasku. Kehangatan tetap lebih dominan dibanding dinginnya udara sore ini. Mungkin keramaian canda tawa yang menyebabkan hal itu, mungkin . Hujan tak kunjung terhenti meski cuma sebentar. Beberapa orang disini mulai nekat menerobos hujan. Kakiku mulai bergerak tak sabar menanti hujan reda.  "Ah, mengapa lama sekali", gumamku. Bukannya aku benci hujan. Tapi, adikku sudah menungguku di asramanya untuk kuantar pergi kontrol ke dokter. Yah, memang aku juga tak takut hujan. Tapi laptop dalam tasku bukan benda waterproof , dan kabar baiknya aku tak membawa jas hujan. Lengkaplah sudah. Adzan maghrib berkumandang. Mungkin aku lebih baik sholat dulu , pikirku. ***  ***  *** Sudah kuputuskan untuk menerobos hujan. Apapun yang terjadi nanti, terserah. "Sial, hujannya lebih deras disini. Oh, tidak. Perutku mulai dingin. Lebih tepatnya, basah", rutukku sambil melawan arus

hanya sekedar tahu

Aku tahu kau merindu Aku tahu kau menahan rindu Dan aku baru tahu itu disaat suara gemericik air terdengar Aku tahu kau sering menipuku Aku tahu keluarga kita menipu satu sama lain Membungkus rindu dengan malu Mengisyaratkan rindu sambil berusaha tetap elegan Menahannya dan menyembunyikannya Ingin datang namun kau tau keadaan Bahkan kini kau tak tahu sudah sepanjang apa rambutku Tak tahu berubahnya warna kulitku Tak tahu apa yang terjadi pada wajahku Dulu aku tak peduli Aku memang bukan orang peduli Dan entah kenapa baru sekarang aku terbayangkan Bagaimana engkau menahannya selama bertahun-tahun, Menutupinya Bersikap seolah-olah kau tak kangen, Kau tak sedih, Kau tak tersiksa Aku tahu kau menahannya Aku tahu Karena aku membayangkannya Karena aku membayangkan menjadi dirimu Aku tahu kau menahannya Aku tahu Aku tahu Hidup dengan sepi Jika ramai pun hanya suara tanpa wujud Mencoba menahan dan terus bersabar Menc