KACA ?

Entah kenapa, jendela menjadi favoritku.

Duduk di dekat jendela dan melihat semua hal diluar dibaliknya merupakan sesuatu yang menenangkan dan menyenangkan. Seperti hari ini, aku duduk di sudut perpustakaan di samping sebuah jendela. Aku duduk dan melihat semuanya dengan leluasa disini. Posisiku yang berada di lantai dua memudahkanku melihat segala yang terjadi di bawah dan di langit dengan bebas.

Langit hari ini mendung seperti hari biasanya. Sekarang Indonesia sedang dianugerahi musim hujan. Sejak seminggu yang lalu, kotaku selalu diguyur hujan. Entah itu pagi, siang, sore, atau malam hari. Setiap orang bersyukur dan mengumpat akan hujan. Kasihan hujan. Atau kasihan orang yang mengumpat? Aku berharap hujan akan datang sekarang. Aku ingin melihatnya dari sudut perpustakaan ini. Aku berharap hujan akan memercikkan airnya dan membasahi jendela di sampingku. Tapi sayangnya hal itu sepertinya tidak akan terjadi. Atap ini terlalu lebar.

Daun dari banyak pepohonan bergerak, ranting pun demikian. Angin kencang telah datang rupanya. Ah, sayangnya tak bisa kurasakan sekarang. Andai saja jendela ini bisa terbuka dan menawarkan angin segar. Tunggu. Di sampingku ini jendela? Atau ini bukan desebut jendela? Melainkan hanyalah kaca yang menggantikan posisi dinding sebagai pembatas? Apa sih definisi jendela sebenarnya? Apa jendela harus mempunyai kriteria dapat dibuka dan ditutup agar menukarkan udara? Atau hanya sebatas pengertian kaca yang berada dalam rumah sebagai pembatas dunia luar dan dalam?


Ngomong-ngomong soal jendela, pemikiranku mulai ngelantur kemana-mana kayaknya. "Jendela". Dengan jendela, kita bisa melihat keluar dari dalam. Dengan adanya jendela, kita bisa melihat satu sama lain dengan mudahnya. Namun, disitu ada pembatasnya. Kaca. Ya, biasanya kaca. Aku baru menyadari dan memikirkan dengan serius, bahwa kita tak dapat menyentuh apa yang kita lihat. Bahkan suara kita tak dapat tersampaikan. Sepertinya kita hanya diiming-imingi kenyataan. Tanpa dapat merasakan. Kita hanya dapat melihat. Ya,melihat. Kita hanya dapat melihat tanpa mendengar dan merasakan sensasi sebagai pelengkap penglihatan. Tapi. Hey ! Bukankah itu kenikmatannya? Bukankah itu memang kenikmatan tersendiri dari jandela?



Oh, ya. Aku baru ingat bahwa ada satu tipe jendela dimana orang luar tak dapat melihat kita di dalam namun orang yang di dalam dapat melihat ke luar. Tipe ini sering kita jumpai kan? Biasanya ini selalu ada disetiap rumah. Sayangnya, pada malam hari saat lampu ruangan rumah dinyalakan, jendela itu tak mampu menutupi apa yang ada di dalamnya dari luar. Itu adalah tugas gorden sekarang. Mungkin kalau dipikir-pikir, jahat ya ! Seseorang dari dalam dapat melihat dengan bebasnya ke luar sedangkan orang di luar tak dapat melihat ke dalam dan tak tahu bahwa dirinya sedang diperhatikan.



Terkadang aku berpikir bahwa itu sesuatu yang egois. Tapi, bukankan menyenangkan bisa melihat tanpa dilihat? Memperhatikan apa yang sebenarnya terjadi tanpa ditutupi. Melihat dengan seksama dan leluasa. Dan itu kerap kulakukan dulu di rumah. Kita melihat tanpa menimbulkan perasaan yang menyakitkan bagi orang lain. Memang aku kerap melakukan itu di rumah. Namun, rumahku jarang dilewati oleh orang lain. Jadi, ya aku jarang memperhatikan orang lain tanpa diketahui dari balik jendela pada waktu itu (pembelaan).



Aku mulai mengantuk disini. Pantas saja, sodaku sudah habis daritadi. Eh, di bawah ada bekas rintik hujan. Sudah mulai gerimis ya? Tapi aku daritadi tak merasakannya. Ya, aku lupa. Tentu saja jendela tidak menghasilkan suara dan udara untuk dirasa sebagai pertanda. Memperlihatkan. Jendela hanya bisa memperlihatkan.




Oya, masih ada jendela yang bisa dibuka kok. Jadi, jangan berkecil hati.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mandau

tatap hidupku