Aku dan Kehidupan (4)

Untuk saat ini aku dapat menyimpulkan bahwa hidupku pada hakikatnya adalah peperangan dan senang-senang. Setelah aku sadari bahwa selama ini aku telah menjalin hubungan intim dengan nafsu, dengan banyak dosa dan kesalahan yang tak seharusnya. Sudah aku putuskan untuk berperang melawan sekutu. Melawan bisikan nafsu dari diriku, berjuang mati-matian mencegah dosa dan melatih diriku untuk tak terjebak dalam kesalahan yang menyebabkan aku lebih bodoh dari keledai.

Sudah terlalu lama aku terhanyut dalam cahaya keburukan. Meleburnya diriku dalam kesesatan dan kehinaan. Menari-nari dalam gelimang dosa kemaksiatan.

Akulah pejuang melawan diriku. Melawan nafsuku. Melawan manisnya bisikan syaitan dalam hatiku.

Saat aku terbangun di dalam mimpi. Membawa aku lebih jauh ke dalam. Masuk dan terus berjalan aku dalam buaian. Terhampar dengan indahnya sebuah lembah. Dengan padang hijau rerumputan menghiasi pandangan. Berlari aku dalam keriangan. Terjatuh dan berguling dalam tawa menggelinding diatas lembutnya aroma rumput berpadu semerbak bau tanah.

Kutatap langit dalam keindahan warna biru menenangkan. Membuatku menarik nafas perlahan dan takjub akan luasnya langit. Kutarik nafasku dalam dan mengatur segarnya udara yang menyelam dalam dada.

Kupejamkan mata dan kurasakan angin dingin datang. Oh, tidak. Celaka. Aku tau bahwa ini bualan belaka. Ini bohong. Ini mimpi. Ini tidak nyata. Mataku terbelalak dan semua telah berubah. Tak ada hijaunya rumput. Tak ada indahnya langit cerah. Kini hanya ada gelap dengan bulan temaram memperlihatkan tanah tandus. Angin dingin datang bulu romaku meremang. Hanya ada hening. Sunyi sepi. Mencekam. Angin dingin datang merasuk dalam tulang-tulang. Mata itu menyala memandang dari kegelapan. Tak hanya satu, tapi lebih dari yang kubayangkan. Ini nafsu. Aku tau sekarang kalau ini palsu. Tak ada kenikmatan dibalik kesalahan. Tak ada kesenangan nyata dalam dosa. Semua hanya bias. Semua itu maya.

Aku harus pergi. Aku sadar kalau aku harus pergi. Tak ada lagi waktu sebelum aku tenggelam dalam neraka. Tapi kemana? Kemana aku harus pergi dari kepalsuan tak berujung. Dari semua mata kuning menyala ini.

Aku tau. Aku hanya harus bangun. Aku hanya harus terbangun dari mimpi ini. Ini mimpi. Ini tidak nyata. Ini mimpi. Aku menggelengkan kepala sekuat tenaga dalam mata terpejam, mengepalkan tanganku keras menguatkan diriku dalam ketakutan. Dan kini aku berkeringat terbangun dengan nafas tidak karuan. Menangis dalam diam atas mimpi. Atas dosa yang memberikan bias kenikmatan. Aku harus berperang melawanmu, dan sudah kuputuskan.

Peperangan yang kuciptakan sangat melelahkan. Perdamaian hanya akan menyebabkan kerusakan. Kuhapus sedihku atas penyesalan. Kuisi rongga dadaku dengan tetes kesenangan mengalir menjadi ramuan kebahagiaan. Tak ada lagi rasa sakit. Tak ada lagi ngilu tulangku memaki atas kesalahan. Pergilah rintihan malam duka atas kenistaan. Aku ingin hidupku. Berada dalam ketenangan meski terluka. Berada dalam kesabaran meski tersiksa. Tak ada lagi keterpurukan berkepanjangan. Yang ada hanyalah kesenangan dalam senyuman.


Aku akan berjuang sampai mati untuk menghindari api.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mandau

Alhamdulillah yaa

Penyakit Kesedihan (Sena/4)