Aku dan Kehidupan (2)
Pikiran ini mulai berkecamuk lagi untuk kesekian kalinya
sejak situasi yang memaksaku untuk berubah, entah itu yang namanya dewasa atau
bukan, tapi menurutku bukan dan aku tak bisa mendefinisikan itu disebut apa.
Kopi manis ini memberiku sedikit rasa pengalih perhatian, menenangkan
pikiran.
Oh, aku sudah menghabiskannya kini tanpa sisa untuk teman
rotiku yang belum habis. Ya sudah, mungkin lain kali.
Entah kenapa rencanaku selalu terlambat untuk dilaksanakan.
Bukan faktor eksternal tapi faktor internal yaitu aku. Terlalu banyak rencana
dan lebih banyak lagi pikiran-pikaran yang terngiang di kepalaku. Aku bisa
merasa bahwa aku memikirkan suatu hal dan mencoba fokus namun suara nyanyian
entah lagu apapun yang berbeda tiap harinya selalu terngiang di kepalaku,
berputar terus seperti kaset yang disetel untuk tidak berhenti dan selalu
memutarkan lagunya. Dia terngiang tanpa perasaan di kepalaku, seolah-olah aku
hapal luar dalam tentang lirik lagunya. Padahal tidak, tidak sama sekali. Aku
susah untuk menghafal lagu bila aku tidak dengan sengaja berniat untuk
menghafalkannya. Pemikiran tentang situasi A dan segala hal yang terkait dengan
topik A akan muncul dalam kepalaku. Kemudian secara tiba-tiba entah darimana
topik B datang dalam kepalaku dan semua pemikiran tentangnya muncul disaat aku
masih memikirkan A. Topik A dan B kini berputar dalam otakku dan lagu yang
kubilang sering terulang dalam kepalaku pun datang berkolaborasi dengan
pemikiran mengenai A dan B. Yah, begitulah saat aku tak bisa fokus dan susah
sekali untuk fokus terutama untuk mengalihkan perhatianku ke dalam tindakan
nyata yang harus aku lakukan. Jika aku tadi bilang soal lagu, saat aku
mengendarai motor atau setidaknya aku berada di jalan raya, lagu akan menjadi
berbeda dan mengalami metamorfosa dari lirik lagu menjadi plat nomor kendaraan.
Lucu sekali. Aku akan membaca plat nomor kendaraan di depanku dan mengulanginya
di dalam kepalaku. Aku akan terus mengulanginya secara tak sadar di kepalaku
secara terus menerus dan tentunya aku agak kehilangan fokus saat menyetir. Itu seperti
melamun namun bukan berarti aku kehilangan kendali atas motorku. Hanya saja,
tak sebaik saat aku fokus menyetir. Jadi terkadang aku bisa meleng ‘sedikit’. Entah
kenapa itu dapat terjadi dan kulakukan, mungkin sebenarnya untuk membantuku
fokus namun hal itu justru mengakibatkan sebaliknya.
Aku tipe orang yang menyebalkan, terutama untuk diriku
sendiri. Aku sering memaki diri sendiri atas kesalahan kecil yang menyebalkan. Tidak
melaksanakan hal sesuai rencanaku dan membuang waktu dengan percuma adalah hal
yang kerap menjadi alasan untuk mencaci, dan itu sangat sering kulakukan
setengah tahun belakangan. Terlalu banyak menghabiskan waktu untuk melamun,
berpikir tanpa melaksanakan dan terlalu banyak hiburan yang pada dasarnya
terjadi begitu saja. Sulitnya mengatur nafsu dan menghentikan sejenak membuatku
gundah tanpa bertindak. Itu salahnya.
Komentar
Posting Komentar