Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2013

Berbagi

Aku ingin bercerita Bercerita dengannya Entah apa Entah siapa Aku ingin menumpahkan kisah tanpa rasa malu dengannya Tanpa rasa sungkan Tanpa rasa takut Tanpa rasa bersalah padanya Tanpa rasa dosa Tanpa memikirkan apa yang terjadi pada kami setelah aku berbicara Aku ingin dia hanya tersenyum saat aku bicara cinta Aku ingin dia maklum atas salahku dan beri aku jalan Aku ingin dia mengingatkan dan membuatku senang Aku ingin dia ada saat aku berbalik Aku ingin dia menyimpan rapat diriku tentang rahasia Tak ada prasangka atasku Cukup dengan mendengarkan dan beri aku jalan tanpa sungkan Hanya saja, aku masih butuh satu jawaban. Dengan Siapa? Atau Apa?
Dalam dingin yang menyebalkan hidupku tak bisa berjalan. Aku mulai gila sekarang karena ini berlangsung hari demi hari. AKU YANG SALAH !!

itu aku

dingin ini menyentuh kulit, lekat, menempel erat basah, rambut halus lepek tak berdaya sayup mataku memandang keramaian bersaing dengan bisingnya hujan aku berlari menembus malam menerjang angin mendesis diam aku bertahan dalam siang berjingkat atas panas suhu mulai menjengat kaki itu pongah melangkah bertingkah tiap pagi menantang misteri menatap sore berdiam diri menanti

Aku dan Kehidupan (4)

Untuk saat ini aku dapat menyimpulkan bahwa hidupku pada hakikatnya adalah peperangan dan senang-senang. Setelah aku sadari bahwa selama ini aku telah menjalin hubungan intim dengan nafsu, dengan banyak dosa dan kesalahan yang tak seharusnya. Sudah aku putuskan untuk berperang melawan sekutu. Melawan bisikan nafsu dari diriku, berjuang mati-matian mencegah dosa dan melatih diriku untuk tak terjebak dalam kesalahan yang menyebabkan aku lebih bodoh dari keledai. Sudah terlalu lama aku terhanyut dalam cahaya keburukan. Meleburnya diriku dalam kesesatan dan kehinaan. Menari-nari dalam gelimang dosa kemaksiatan. Akulah pejuang melawan diriku. Melawan nafsuku. Melawan manisnya bisikan syaitan dalam hatiku. Saat aku terbangun di dalam mimpi. Membawa aku lebih jauh ke dalam. Masuk dan terus berjalan aku dalam buaian. Terhampar dengan indahnya sebuah lembah. Dengan padang hijau rerumputan menghiasi pandangan. Berlari aku dalam keriangan. Terjatuh dan berguling dalam tawa menggelind

entahlah

aku tak peduli tapi aku tau aku memikirkanmu meski tak tau dan tak mengerti yang kulakukan hanyalah menerka, menebak kau yang tak pantas? atau sebenarnya akulah yang sangat tidak pantas? dalam kesendirianku aku tak tau harus berbuat apa berdoa? aku hanya bisa terdiam

Sunyi

Aku butuh senandung Lebih baik bila diiringi musik yang sesungguhnya Atau diputarkan lagu Kuharap sahutan senandung datang Melengkapi hampa nada tunggal Cukup bersembunyi dan berdiam disitu Tak usah menghampiri Cukup bersandar di balik dinding Aku hanya butuh firasat tahu bahwa kau ada Cukup sahut senandungku Cukup lengkapi hampaku Mengiringi dan menemaniku

Aku dan Kehidupan (3)

Ini mulai tidak menarik. Apa karena tak ada penghargaan? Entahlah. Who knows? Hari ini aku berangkat kuliah jam “enam” pagi. Siapa sangka? Padahal aku masuk kuliah jam setengah delapan. Hidup ini memang berbeda jika ada orang tua. Segalanya lebih teratur, contohnya pagi ini. Biasanya jam segini aku masih berleha-leha ria. Mencuci mungkin, tidur-tiduran atau bahkan tidur sungguhan. Aku hampir setiap hari terlambat ke kampus, hingga akhirnya Ibu datang pagi ini menyerang. Oh, bukan, menjenguk maksudnya. Sudah lama aku tidak menengok apa yang ku gambar, dan saat kulihat, aku pikir itu sudah tidak bermutu dan bernilai kurang. Sekarang aku menjadi tipe seseorang yang kurang yakin bahkan tidak yakin terhadap diriku sendiri. Lebih tepatnya aku merasa tak berguna dan tidak bisa melakukan apapun yang berharga. I think I’m nothing . Menyedihkan bukan? Aku merasa sedih melihat aku yang menilai negatif terhadap diriku sendiri. Kalau aku saja berpandangan negatif terhadap diriku sendi

Aku dan Kehidupan (2)

Pikiran ini mulai berkecamuk lagi untuk kesekian kalinya sejak situasi yang memaksaku untuk berubah, entah itu yang namanya dewasa atau bukan, tapi menurutku bukan dan aku tak bisa mendefinisikan itu disebut apa. Kopi manis ini memberiku sedikit rasa pengalih perhatian, menenangkan pikiran. Oh, aku sudah menghabiskannya kini tanpa sisa untuk teman rotiku yang belum habis. Ya sudah, mungkin lain kali. Entah kenapa rencanaku selalu terlambat untuk dilaksanakan. Bukan faktor eksternal tapi faktor internal yaitu aku. Terlalu banyak rencana dan lebih banyak lagi pikiran-pikaran yang terngiang di kepalaku. Aku bisa merasa bahwa aku memikirkan suatu hal dan mencoba fokus namun suara nyanyian entah lagu apapun yang berbeda tiap harinya selalu terngiang di kepalaku, berputar terus seperti kaset yang disetel untuk tidak berhenti dan selalu memutarkan lagunya. Dia terngiang tanpa perasaan di kepalaku, seolah-olah aku hapal luar dalam tentang lirik lagunya. Padahal tidak, tidak sama s

Langit dalam Sepi

Aku masih ingat sedang bermain kala itu. Saat kulihat sekilas sepasang mata memandangku dan aku tak peduli. Aku berjalan dengan perkembanganku dan tak terasa waktu cepat sekali berlalu. Langit masih sama namun kini aku sudah remaja. Romansa cinta mulai terasa dan menjangkit teman-teman sekelasku. Bagaimana denganku? Entahlah. Aku merasa belum ada yang tepat untukku atau aku yang kurang tepat bagi para wanita? Entahlah, siapa peduli? Kali ini aku pulang dengan kelelahan. Keringat mengucur di seluruh tubuhku. Bajuku basah. Kubuka pintu dengan tergesa berjalan menuju lemari es di dapur dan meminumnya menghadap kipas angin di ruang tengah.           “Ah, segarnya”, aku mengusap mulutku dengan punggung tangan.           “Cepat ganti baju. Bau keringatnya sampai sini ram”, ibuku lewat sambil membawa toples-toples kue. Aku berjalan menuju ruang makan. Perut sudah memanggil. Ibu membuka toples dan menghitung jumlah kue di dalam toples. Beliau melihatku dan menatapku lama. Ya, aku tau