PERJUANGAN KAMI
Trimester
pertama kehamilan seorang ibu pada tahun 1978, lahirlah generasi sel-sel darah
merah pertama milik calon bayi di dalam rahim.
Hari
ini seperti biasanya aku bekerja dengan senang hati. Pekerjaanku ini memegang
peranan yang cukup penting bagi keberlangsungan hidup seorang mahluk Tuhan. Aku
menjemput kawan baru dari luar duniaku tiap harinya. Kami sebagai klan
eritrosit (sel darah merah) berkewajiban untuk menjemput klan oksigen dan
menjamin keselamatan mereka menuju tujuan hidup mereka, yaitu mendedikasikan
hidup mereka untuk makhluk-makhluk ciptaan Tuhan.
Klanku tak hanya
menjemput klan oksigen, tetapi kami juga bertugas mengantar klan karbon
dioksida menuju dunia luar agar tak mengganggu keberlangsungan hidup seorang
makhluk Tuhan. Kami bekerja dalam dua sistem perjalanan yaitu sistem peredaran
sel darah kecil dan sistem peredaran sel darah besar. Kebetulan, kali ini aku
akan menempuh sistem peredaran sel darah kecil.
Kali ini, aku
mengawal karbi yang berasal dari klan karbon dioksida menuju paru-paru agar dia
dapat segera berkumpul dengan klannya di dunia luar. Aku dan Karbi telah
bersatu melalui hemoglobin. Hemoglobin merupakan inti kekuatan terbesar dalam
diriku, tanpanya aku tidak bisa bersatu dengan klan lain dan mengawal mereka.
Kini, rombongan perjalananku sedang
berada di dalam atrium kanan dan kami melanjutkan perjalanan melalui katup
trikuspidalis menuju ventrikel kanan. Sesampainya kami disana, rupanya
ventrikel kanan telah mengetahui kedatangan kami sehingga dia berkontraksi dan
menyebabkan katup trikuspidalis tertutup dan membuka pintu katup pulmonalis.
Kami melewati katup tesebut dan masuk ke dalam dunia arteri pulmonalis.
Rombongan kami
harus berpisah di dunia ini melalui banyak lorong arteriol yang tersedia menuju
paru-paru. Aku dan karbi masuk ke dalam salah satu lorong arteriol menuju
kapiler di dalam paru-paru. Disinilah perjalananku bersama karbi harus
terhenti. Dia tersenyum bahagia sambil mengucapkan terima kasih karena telah
mengantarkannya dengan selamat. Aku pun
turut berbahagia. Kemudian, dia pergi menuju dunia luar dan bergabung bersama
klannya.
Tak lama, datanglah kawan baruku dari klan oksigen, dan aku langsung mengeluarkan kekuatan intiku yaitu hemoglobin agar aku bisa bergabung dengannya. Kami pun mulai berjalan sambil berkenalan.
“Hai, namaku eri,” sapaku dengan senyuman.
“Hai, namaku oksi. Aku deg-degan banget nih,” ungkapnya sambil tertawa cengengesan.
“Kenapa emangnya?” tanyaku dengan heran.
“Yaa, aku lagi kesenengan soalnya mau mengemban tugas Tuhan.”
“Oalah. Kirain lagi kenapa-kenapa,” ucapku sambil tersenyum lega.
Rombonganku berjalan dari vena pulmonalis menuju atrium kiri. Sepanjang perjalanan kami bercerita panjang lebar. Oksi bercerita tentang kehidupan dunia luar yang sekarang sedang dipenuhi banyak klan-klan jahat. Salah satunya adalah meledaknya keturunan klan radikal bebas. Seperti yang aku ketahui, bahwa klan radikal bebas ini sangat mengganggu klan-klan dari dunia dalam tubuh makhluk Tuhan, bahkan klan tersebut dapat dengan mudahnya membunuh kami semua.
Oksi terkadang bercerita sambil bergidik ngeri karena seramnya dunia luar.
“Klan radikal bebas
justru diperbanyak jumlahnya oleh kebodohan makhluk Tuhan yang bernama manusia.
Manusia mulai membuat rokok dan menghisap rokok. Asap rokok beserta kandungan
dalam rokok yang dihisap manusia dapat meningkatkan klan radikal bebas yang
pada akhirnya tidak dapat dinetralisir oleh tubuh manusia itu sendiri,”ungkap
Oksi dengan kesedihan terpancar jelas di wajahnya.
“Di dunia dalam, terdapat sebuah dongeng terkait dengan klan radikal bebas,” ucapku dengan wajah tegang dan kemudian mulai bercerita.
Klan radikal bebas dari rokok akan terhisap. Mereka menyelundup masuk ke dalam paru-paru dan menyusup lagi ke dalam aliran darah melalui lorong pembuluh darah di paru-paru. Sesampainya di lorong pembuluh darah jantung, klan radikal bebas melakukan keonaran yang menyebabkan luka-luka di area lorong pembuluh darah. Semakin banyak dan semakin lama rokok itu dihisap, maka semakin banyak pula luka-luka di lorong akibat klan radikal bebas. Lorong pembuluh darah pun kehilangan dayanya, dia tidak akan bisa beraktivitas seperti semula dan menyebabkan lemak semakin mudah menempel. Lorong semakin kehilangan kekuatan elastis pada dirinya, dia tidak dapat mengecil dan membesarkan ukuran dirinya sendiri. Akibatnya, ketika makhluk Tuhan berakivitas berat seperti berolahraga, jantung yang membutuhkan banyak klan-klan darah tidak akan mendapatkannya, karena lorong pembuluh darah tidak dapat membesar, sehingga makhluk Tuhan pun mengalami nyeri pada bagian dada akibat otot jantung yang kekurangan darah.
Aku mengusap keringat di wajahku, dan berusaha tersenyum.
“Semoga kita selamat sampai tujuan dan Tuhan melindungi kita,” kataku mencoba menenangkan diri dan menenangkan hati Oksi.
Perjalanan kami sudah sampai setengah jalan, hatiku kembali deg-degan, sebentar lagi, kami akan melalui daerah lorong pembuluh darah yang menyempit karena ditempeli oleh lemak. Rupanya, makhluk Tuhan yang sedang kupertahankan ini menghisap rokok seperti dongeng yang telah tersiar luas dari generasi ke genarasi di dunia dalam maupun dunia luar. Aku tak menceritakan kepada Oksi mengenai fakta bahwa dia masuk ke dalam makhluk Tuhan yang menyia-nyiakan perjuangannya.
Rombongan kami pun terhenti, aku kira kami sudah sampai di atrium kiri. Namun, dugaanku salah. Di depan rombongan kami, lorong pembuluh darah telah tersumbat oleh lemak. Oksi memandangku dengan tatapan tanda tanya.
“Apa yang terjadi? Apakah kita sudah sampai?” tanyanya penuh harap.
Aku tersenyum sedih dan berkata, “Perjalanan kita sampai disini. Metabolisme tubuh akan terhenti, dan ketahuilah bahwa makhluk Tuhan satu ini akan mati sebentar lagi karena jantung akan terserang penyakit jantung koroner akibat lorong pembuluh darah yang tertutup lemak di depan kita.”
Nafas
panjang calon bayi yang kini dewasa telah berubah menjadi nafas pendek dan
menghilang
Komentar
Posting Komentar