"apa yang akan terjadi, terjadilah."
Pertama kali lihat iklan ini, aku mencoba dengan sangat untuk menahan tangisku. Kebetulan waktu itu aku sedang kalut-kalutnya dalam memilih jurusan dan universitas di saat aku sudah menjadi mahasiswa selama setahun. Banyak pertentangan yang terjadi seputar masa depanku saat itu, dan semua tentang aku mau menjadi apa dan akan seperti apa aku nanti.
Teringat akan iklan itu malam ini, barusan aku memutarnya dan tetap merasakan hal yang sama saat pertama kali melihatnya. Ternyata aku tetap bersedih meski iklan tersebut sudah kuputar berulang kali. Mungkin kali ini aku akan menyampaikan sedikit perasaanku yang masih tersimpan berbulan-bulan lamanya. Ini aku tujukan buat orang tuaku terutama untuk ibuku. Meski aku bukanlah seseorang yang mudah untuk menyampaikan perasaan. Meski ibuku tak pernah melihat tulisan ini karena ini kutulis di media online. Tetapi biarlah, biarlah takdir yang membawanya untuk membaca perasaanku.
Ibu, aku tau aku sudah beranjak dewasa.
Ibu, aku tau ini sudah saatnya bagiku untuk berjalan sendirian
dan menanggung beban hidupku sendiri.
Tapi bu, terkadang aku tetaplah gadis kecilmu yang takut akan
apa yang terjadi dan masih bertanya-tanya tentang masa depan.
Aku masihlah gadis kecil yang sama yang butuh genggaman
tanganmu, butuh rasa aman seperti dulu saat kau memelukku dan berkata, "semuanya
akan baik-baik saja".
Tahukah bu? Ternyata aku memang anak yang cengeng, meski dari
dulu aku selalu berkata pada diriku sendiri bahwa aku bukanlah anak yang kerap
menangis. Tapi bu, ternyata air mata ini tetap mengalir saat aku takut aku
tidak bisa menjadi apa yang engkau harapkan di masa depan, aku takut aku tidak dapat
menjadi seseorang yang kau banggakan saat kau tua nanti, dan aku takut akan
reaksimu di masa depan jika kau tahu anakmu bukan salah satu orang yang
berhasil dalam hidupnya.
Ibu, apa yang akan terjadi nanti?
Komentar
Posting Komentar