Tindakanmu berasal dari pikiranmu mengenai dirimu. Apakah kamu pemain atau pendukung. Apakah kamu aktor utama atau figuran. Apakah kamu memilih inisiatif bertindak lebih dulu atau menunggu orang lain memotivasimu.
Mandau adalah salah satu senjata tradisional khas suku Dayak yang menempati pulau Kalimantan. Mandau merupakan pusaka turun temurun dan dianggap sebagai barang keramat yang memiliki kesaktian. Suku Dayak biasanya selalu mengikat Mandau di pinggang mereka, agar mudah dibawa dan dipergunakan saat berada di hutan untuk menebas tumbuh-tumbuhan. Senjata sakti suku Dayak ini juga dipercayai memiliki tingkat-tingkat kesaktian yang berbeda-beda. Kesaktian Mandau diperoleh melalui ritual-ritual tertentu dan juga diperoleh dari pengayauan (pemenggalan kepala lawan). Konon katanya, semakin banyak orang yang berhasil di-kayau, Mandau tersebut akan semakin sakti. Suku Dayak percaya bahwa roh orang yang telah mati karena dikayau akan mendiami Mandau sehingga Mandau tersebut akan menjadi sakti. Bilah Mandau merupakan salah satu komponen terpenting pada sebuah Mandau. Pembuatan bilah Mandau diawali dengan membuat bara api di dalam sebuah tungku untuk memuaikan besi. Kayu yang digunakan untu
Alhamdulillah hari ini ada banyak hal yang bisa disyukuri. Satu per satu tugas mulai kelar. Si kontrakan akhirnya ada yang berjodoh sama saya juga. Hehe. Tapi terlepas dari itu semua, hari ini saya mempelajari beberapa hal. Diantaranya soal kepercayaan dan pekerjaan. Saya semakin berusaha belajar bahwa kepercayaan adalah hal yang penting. Hari ini saya mencoba belajar bahwa percaya pada teman satu kelompokmu harus dilakukan, Tak ada gunanya apabila kita mengkhawatirkan jatah pekerjaan teman sekelompok kita. Hal itu malah menambah beban pikiran kita dan tidak menghasilkan solusi yang konkrit. Bahkan kita bisa sangat sibuk meributkan pekerjaan teman sehingga lupa dan tidak fokus terhadap jatah pekerjaan diri sendiri. Jadi hasil pekerjaan kelompok kita malah tidak maksimal karena dia tidak maksimal dan dirimu juga demikian. Selain kepercayaan, saya belajar bahwa kita hidup untuk hari ini. Bukan kemarin dan bukan pula besok. Karena kita tidak pernah tau kapan kita akan mati
Di dalam pondok di pinggir hutan tinggallah pemuda bernama Ara dan adik perempuannya, Asa. Setiap paginya Ara masuk ke dalam hutan untuk mencari kayu bakar yang kemudian dijual di kota oleh adiknya. Suatu hari Asa bertanya pada kakaknya soal kebahagiaan. Ara terkejut dan berkata dengan tegas, "lebih baik kau tak usah menyebut kata itu. Kau sendiri sudah kuceritakan apa yang terjadi pada ibu." Ayah Ara dan Asa adalah salah satu prajurit istana yang tewas dalam perang dahsyat perebutan kekuasaan. Tewasnya sang ayah membuat ibu mereka dirundung kesedihan mendalam. Hingga akhirnya ia meninggal dunia karena kesedihan yang dideritanya. Sejak saat itu, Ara yang berusia 9 tahun berusaha bertahan sendirian. Demi adik kecilnya yang berusia 3 tahun dan belum memahami apa yang terjadi, ia harus kuat dalam kesedihannya.
Komentar
Posting Komentar