Merindukan Hiruk Pikuk Keluarga
Aku
hanya ingin mengobrol dalam satu ruangan ini. Kamarku. Atau sesuatu yang
bersifat pribadi seperti itu. Aku ingin mengobrol dengan orang rumah, keluarga.
Merindukan berbicara, menegur, bertengkar, sahutan bahkan teriakan-teriakan
berisik di dalam rumah dan aku bagian darinya.
Berkumpul
berlima, satu keluarga itu terjadi terakhir sekitar dua tahun yang lalu
sepertinya. Meski aku bisa berbicara melalui telepon dengan orang tuaku atau
bertatap muka dengan adik-adikku disini, tapi entah mengapa rasanya tetap ada
yang kurang. Bukannya aku tak bersyukur. Tapi aku hanya rindu dan bukan
memaksakan untuk terjadi.
Rasa
sepi akan keluarga itu memang tak akan bisa tergantikan oleh ramainya
pertemanan di dunia perantauan. Bukannya mengeluh, tapi justru disitulah
sensasinya. Disitulah jiwa anak rantau diuji dan dibuktikan.
Mungkin
untuk saat ini aku memang hanya bisa bertemu berdua, bertiga, atau berempat
dari lima orang dalam keluargaku. Tapi aku harus bersyukur karena mereka masih
ada dan selalu memberikan dukungan dalam doa serta senyuman dalam hati mereka
untukku walaupun mereka menutupinya dariku. Gengsi dalam keluarga kita dulu
saat sulitnya mengucapkan kata berbau “kasih dan rindu” juga menghindari untuk
bercerita lebih dalam soal pribadi pada satu sama lain memang akan menjadi
secuil tingkah dalam keluarga kita. Namun semakin lama dan semakin jauh kita,
pada akhirnya hilanglah rasa gengsi dan kita tau bahwa sesungguhnya kita dekat.
.
.
Komentar
Posting Komentar